Mooryati Soedibyo |
Pengusaha, Pakar Jamu sekaligus Doktor juga politikus dan pejuang kesetaraan gender, adalah beberapa atribut yang disandangkan padanya. Mooryati Soedibyo lengser dari kehidupan keraton untuk mengabdi pada suami dan keluarga. Lalu, dari garasi rumahnya, ia mulai melakukan keahlian yang telah diwariskan padanya; tradisi kesehatan dan kecantikan Jawa. Dengan modal 25 ribu produk tradisi ini telah membawanya kepuncak sukses hingga mancanegara.
Lahir dan Masa Kecil
Sebagai salah satu cucu Sri Susuhunan Pakoeboewono X, Mooryati Soedibyo yang lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 ini, dibesarkan dengan tradisi kraton Surakarta yang kental. Ia mendapat pendidikan secara tradisional yang menekankan pada tata krama, seni tari klasik, kerawitan, membatik, ngadi saliro ngadi busono, mengenal tumbuh-tumbuhan berkhasiat, meramu jamu dan kosmetika tradisional dari bahan alami, bahasa dan sastra Jawa, tembang dengan langgam mocopat, aksara Jawa kuno dan bidang seni lainnya. Tentu diluar tembok keraton hal-hal tersebut sangat bermanfaat.
Manusia memang dipengaruhi masa kecil, lingkungan sekitar dan keluarga. Sejak kecil, Mooryati Soedibyo atau akrab disapa Bu Moor ini memang sudah tinggal di istanah. Sehingga sangat lekat sekali didikan ningrat atau ala keraton termasuk mengenal tumbuh-tumbuhan alam yang berkhasiat sebagai obat dan kosmetik. Sebagai contoh, jika batuk Bu Moor lebih suka mengonsumsi kencur dengan sedikit garam, namun tentu itu hanya sebagai pertolongan pertama saja.
Mulai Berbisnis
Cita-cita awal Bu Moor adalah ingin menjadi diplomat namun ia malah ditakdirkan hanya menjadi ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Ia memulai bisnis jamu dann kecantikan justru pada umur 45 tahun. Awalnya beliau hanya mengajak dan menganjurkan orang-orang di sekelilingnya termasuk teman-temannya untuk memakai bahann alami asli Indonesia. Namun kemudian ada orang yang memberi ide, mengapa hanya mengajak saja, mengapa tidak sekalian membuat? Akhirnya dari situlah beliau mulai menerima pesanan berbagai jamu-jamuan khas Jawa dan lama-kelamaan makin banyak yang memesan.
Meski warisan turun temurun , jamu yang berbahan herbal tetap harus diteliti. Karena ada banyak tumbuhan dengan beragam khasiat. Apalagi Indonesia adalah negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. “Dengan penelitian ini, jamu harus berkembang dan terus berkembang. Mengapa begitu karena hidup juga berubah jadi kita harus terus berinovasi,” begitu jelas beliau.
“Mustika Ratu” adalah nama yang kemudian dipakai oleh Bu Moor sebagai brand atas jamu-jamu hasil racikannya. Nama Mustika Ratu sebenarnya bersumber dari kalimat filosofi Jawa yaitu Trahing kusumo rembesing madu, trahing sinatrio mustikaning ratu, yang artinya kira-kira adalah The Royal Heritage.
Mustika Ratu membuat nama wanita berputera lima ini lantas mencuat sebagai seorang pengusaha ternama di Indonesia. Beliau menjadi wanita dengan nomor urut 7 sebagai 99 wanita yang paling berpengaruh di Indonesia 2007 versi majalah Globe Asia. Produk Mustika Ratu tak hanya di Indonesia saja namun juga diekspor ke lebih dari 20 negara diantaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur-Tengah, Malaysia dan Brunei juga negara-negara di benua Amerika. Produknya juga mulai beragam sampai 800 buah, mulai dari produk untuk balita, remaja dan dewasa mulai dari kualitas super dan premium.
Strategi dan Perkembangan Mustika Ratu
Produk-Produk Mustika Ratu |
Diakuinya bahwa dirinya mengembangkan bisnisnya juga mengalir begitu saja, Secara Tradisional saja. Seperti produk yang dihasilkannya, Tradisional. Saat itu ia hanya punya modal 25 ribu. Tetapi memang bahan-bahan saat itu sangat murah sehingga dengan uang 25 ribu saja sudah bisa dapat banyak bahan. Dari modal itu ia kemudian memperoleh keuntungan berlipat. Dari keuntungan itu ia putarkan lagi dan terus begitu sampai akhirnya bisa membuat pabrik pada tahun 1978 dan usahanya berubah menjadi PT pada tahun 1981. “Itu Amazing! Hampir tidak bisa saya percaya. Saya memulainya dari garasi rumah. Apalagi saya memulainya secara trial and error, wong memang tidak bisa dagang kok....ha ha ha,” ujarnya dengan logat Jawa.
Mustika Ratu kemudian berkembang tak hanya produk jamu dan kosmetika saja namun kemudian merambah ke bisnis spa dengan sistem franchise di luar negeri. Konsepnya Jawa, Taman Sari seperti di Yogya, dimana konsep ini mengambil budaya Yogya yang mana adalah asal dari suami Bu Moor.
Franchise nya sendiri sudah ada di Jepang, Kanada, Chekoslovakia, Bulgaria, Malaysia. Cabangnya ada 8 di luar negeri dan 7 di Indonesia. Dimana semua bahan dan ramuannya dikirim langsung dari Indonesia. “Karena kebetulan saya juga punya sekolah kecantikan yang mengajarkan banyak ketrampilan. Saya selalu terkesan melihat bagaimana orang luar negeri begitu menghargai tradisi ini. Sementara di Indonesia sendiri justru dianggap kuno. Kita sering kurang menghargai tradisi kita sendiri, padahal kebudayaan kita banyak ditiru dan diambil orang lain.” Begitu jelas Bu Moor.
Ide Kontes Pemilihan Puteri Indonesia
Tak hanya berkiprah di perusahaan dan bisnisnya. Mooryati Soedibyo juga memasuki panggung politik dan menjadi Wakil Ketua II Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Salah satu sumbangsih Bu Moor untuk kaum wanita Indonesia adalah kotes pemilihan puteri Indonesia yang digelar setiap tahun. Meski mendapat kritikan namun idenya juga mendapat dukungan sebagai langkah wanita Indonesia untuk maju.
Menurutnya kontes kecantikan itu adalah mimpi yang harus direalisasaikan. “Awlanya keinginan untuk ikut serta dalam kontes-kontes puteri ayu karena saya pikir kok ya saya Cuma mengajar kecantikan dan bikin produk saja, kenapa tidak ikut pemilihan puteri ayu? Toh kecantikan itu identik dengan puteri ayu, kenapa tidak ikut kontes kecantikan sejagat? Akhirnya saya putuskan membuat kontes tingkat nasional saja.” Terangnya.
Walau sering terjadi kontroversi tentang pemilihan puteri Indonesia, ia pun tak mempermasalah-kannya jika memang dilarang. “Kalau dilarang, ya sudah. Kita kirim tapi tidak ikut kontes. Toh kontes ini juga memperkenalkan produk Indonesia. Make upnya dari Indonesia, pakaiannya, desainer bajunya, tekstilnya semua dari Indonesia. Tapi kami selalu berusaha untuk konsisten karena tujuannya baik. Apalagi sekarang pesertanya makin bagus-bagus,” terangnya.
Mustika Ratu saat ini sudah dipegang oleh anak-anaknya. Bu Moor sendiri saat ini lebih senang aktif di kegiatan kemasyarakatan yang non profit. Walau begitu, Mustika Ratu tetap mempertahankan visi dan misinya yaitu Mempertahankandan melestarikan tradisi Indonesia dalam memelihara kesehatan dan kecantikan. Menurut Bu Moor, wanita Indonesia harus maju, dirinya sendiri sudah mencontohkan bahwa ia adalah seorang ibu dengan lima anak yang kemudian berbisnis, sekolah lagi bahkan juga berpolitik. “Rumusnya gampang sekali kok! Mau maju dan mau berubah. Body, mind and spirit. Syaratnya, mau susah! Harus inovatif, kreatif, konstruktif dan semangat!” Terangnya bersemangat 45.
Oke dech....Tok cer pokoknya rumusan suksesnya. Semoga Mustika Ratu dan tradisi Indonesia semakin berjaya di dalam dan luar negeri.
Baca Juga Biografi Berikut Ini :
0 komentar:
Posting Komentar