Liem Sioe Liong | Soedono Salim | Om Liem |
Om Liem disebut-sebut sebagai pengusaha yang paling dekat dengan Soeharto saat itu. Banyak yang mengira hampir semua bisnisnya adalah kemudahan yang diberikan oleh penguasa saat itu. Tapi apakah seratus persen demikian? Berikut ini akan diceritakan secara obyektif Biografi Soedono Salim sehingga kita bisa menilai secara obyektif pula dan tidak berdasarkan perasangka.
Biografi Soedono Salim
Soedono Salim atau Liem Sioe Liong adalah termasuk orang Tionghoa asli (bukan peranakan) dimana ia dilahirkan di Fukien, Tiongkok pada tanggal 19 Juli 1916. Ia memiliki saudara tua bernama Liem Sioe Hie dimana pada 1922 telah berimigrasi ke Indonesia. Ketika itu negara Tiongkok sangatlah miskin dan mereka banyak yang berimigrasi ke negara Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Indonesia untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Akan tetapi proses imigrasinya tidaklah semudah saat ini. Mereka harus naik kapal layar dimana waktu tempuhnya hingga 1 bulan bahkan tak sedikit yang harus kehilangan nyawa sebelum sampai Indonesia karena diterjang badai besar. Maka dari itu hingga ada lagu yang berbunyi “Nenek moyangku seorang pelaut”.
Kembali lagi ke cerita Liem Sioe Liong. Kakaknya yang telah berimigrasi ke Indonesia kemudian menempati Kudus. Kakaknya sering mengirim kabar bahwa Asia Tenggara khususnya Indonesia adalah gudang harta karun kerajaan-kerajaan Eropa sehingga sangat menjanjikan untuk hidup lebih baik disini ketimbang tetap di Tiongkok. Apalagi saat itu ada kabar bahwa Jepang akan menyerang Cina.
Mulai Berbisnis Cengkeh dan Tekstil
Dengan tekad baja, Liem Sioe Liong kecil menyusul kakaknya di Kudus. Ia berangkat dengan menumpang kapal Belanda yang akan ke Indonesia. Liem menginjakkan kaki di Indonesia sebulan kemudian jadi ia terombang ambing di lautan selama sebulan. Kudus saat itu terkenal sebagai kota penghasil rokok sehingga sering membutuhkan tembakau dan cengkeh dalam jumlah sangat banyak.
Liem melihat peluang ini dan menawarkan diri untuk menyuplai kebutuhan cengkeh tersebut. Liem sangat terlatih akan pekerjaan itu yaitu sebagai supplier cengkeh bahan baku rokok. Liem pun sering mencari jalan belakang agar keuntungan yang didapat berlipat yaitu menyelundupkannya lewat jalur Maluku, Sumatra, Sulawesi Utara, Singapura dan akhirnya Kudus. Liem mendapatkan untung besar sekali dari cengkeh. Ia kemudian merambah bisnis tekstil. Ia membeli tekstil murah dari Shanghai dan menjualnya kembali di Indonesia. Liem memang terkenal piawai mencari sumber dagangan murah.
Ketika tinggal di Kudus, Liem jatuh cinta pada seorang wanita asal Lasem. Wanita itu temasuk keturunan orang berada terbukti si wanita tersebut bersekolah di Sekolah Belanda Tionghoa. Liem pun mengajukan lamaran tetapi sang ayah tak setuju karena takut jika anak perempuannya akan dibawa ke Tiongkok. Liem punmeyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi. Sang ayah pun akhirnya setuju dan mereka akhirnya menikah. Acara pernikahannya digelar sangat meriah hingga menghabiskan 12 hari. Untuk menjaga kepercayaan mertua, Liem pun semakin giat bekerja. Usahanya semakin maju.
Musibah Merubah Hidup
Ketika Jepang menjajah Indonesia tahun 1944, usaha Liem mengalami kemunduran hingga akhirnya bangkrut. Selain itu Liem juga mengalami musibah yang lain yaitu kecelakaan mobil. Mobil Liem masuk jurang yang membuat seluruh penumpang tewas kecuali Liem. Namun Liem harus merasakan koma selama 2 hari.
Setelah kondisi fisiknya pulih dan kondisi politik serta keamanan negara terkendali, Liem memutuskan untuk memboyong keluarganya ke Jakarta. Ia pun mulai membangun kembali bisnisnya.
Era Orba Era Keemasan Liem
Ketika era Soeharto, Liem adalah salah satu orang terdekatnya sehingga sering mendapat kemudahan dalam hal bisnis. Ketika itu dikenal istilah The Gang of Four yaitu empat orang pengusaha yang selalu kompak diantaranya yaitu Soedono Salim, Sudwikatmono, Djuhar Susanto dan Ibrahim Risjad. Mereka kemudian mendirikan CV Waringin Kentjana dimana Liem Sioe Liong sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO nya.
Empat orang ini kemudian mendirikan pabrik tepung terigu terbesar di INdonesia yaitu PT Bogasari dimana dananya didapat dari pinjaman pemerintah. Bogasari adalah perusahaan swasta, bukan BUMN namun Bogasari mendapatkan fasilitas melebihi perusahaan BUMN seperti punya pelabuhan sendiri dimana kapal-kapal yang mengangkut atau ada hubungannya dengan terigu bisa langsung merapat ke pabrik.
Dengan kemudahan dari pemerintah seperti ini, Bogasari bisa memonopoli kebutuhan terigu di tanah air.
Sukses dengan Bogasari, the gang of four kemudian mendirikan pabrik semen di bekas kantor Bogasari yang sudah tak terpakai lagi yaitu di jalan Asemka, Jakarta dimana luasnya hanya 100 m2 kala itu.
The Gang of Four ini kemudian mendirikan PT Indocement Tunggal Perkasa dimana sama seperti Bogasari yaitu memonopoli kebutuhan semen di Indonesia. Karena kekuatannya dalam memonopoli dan mendekati penguasa, kelompok ini juga dijuluki Tycoon of Cement.
Ekspansi usaha selanjutnya adalah di bidang properti dimana The Gang of Four ini menggandeng Ciputra yang kemudian mendirikan real estate PT Metropolitan Development dimana karya-karyanya adalah Perumahan Mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai.
Om Liem memang orang yang cerdik. Ia sadar bahwa dirinya sedang dimudahkan oleh penguasa dan ia benar-benar menggunakan itu untuk membuatnya kuat serta membuat bisnisnya besar dan menggurita bukannya malah dibuai dengan kemewahan, Om Liem justru lebih bekerja keras. Kerajaan bisnisnya semakin dikembangkannya. Sektor permobilan pun digarapnya dengan membentuk PT Indomobil.
Tak ketinggalan bidang perbankan juga digarap oleh Liem Sioe Liong. Bersama Mochtar Riyadi Om lIem membuka BCA (Bank Central Asia) dimana dikemudian hari bank ini telah menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia dengan total asset sebanyak 99 juta dolar.
Kerajaan bisnis Liem Sioe Liong meliputi Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT Mega, Bank Windu Kencana, PT Hanurata, dan PT Waringin Kencana dan lain-lain dimana kesemua bidang usaha ini bernaung dibawah organisasi bisnis Salim Group.
Dalam masa keemasan ini Om Liem pun dinobatkan sebagai orang terkaya se Indonesia dan Asia bahkan ia masuk dalam daftar 100 orang terkaya dunia dimana sampai saat ini belum ada lagi orang Indonesia yang bisa menempati urutan 100 orang terkaya dunia. Paling banter 1000 terkaya dunia.
Terkena Imbas Krismon
Roda kehidupan memang selalu berputar. Kadang diatas tapi pasti akan merasakan dibawah. Begitu juga dengan perputaran bisnis Liem Sioe Liong. Ketika sang pelindung yaitu Soeharto lengser maka bisnis Salim Group pun juga terkena dampaknya apalagi saat kemunduran Soeharto juga dibarengi dengan krismon. Kekayaan Om Liem pun turu drastis tergerus krisis.
Rumah Om Liem yang berada di Gunung Sahari pun diobrak abrik kelompok yang mengaku golongan reformis sehingga Om Liem dan keluarga terpaksa hijrah ke Singapura. Usia Om Liem yang tak muda lagi ditambah dengan segala masalah yang terjadi di bisnisnya akibat mundurnya Soeharto dan krismon mmebuat Om Liem melimpahkan segala urusan bisnis kepada sang anak yaitu Anthony Salim dan juga menantunya Franciscus Welirang.
Liem Sioe Liong tetap bermukim di Singapura hingga meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 2012 di usia 96 tahun.
Gambaran Kekuatan Liem
Kekuatan bisnis Liem Sioe Liong tak hanya diketahui di dalam negeri, bahkan di luar negeri pun keperkasaan Soedono Salim dalam hal bisnis mmebuat majalah Insight, Asia’s Bussines Mountly yang terbit di Hngkong edisi Mei 2013 membuat karikatur Liem Sioe Liong yang mengenakan pakaian Napoleon Bonaparte dimana dadanya penuh tempelan lencana bisnisnya.
Group Salim begitu berani dalam segala aktifitas bisnisnya seperti saat Go Public perusahaannya di bursa saham, ia melakukannya dengan gencar tak perduli isu bisnis apapun yang sedang marak. Liem begitu PD dengan langkah-langkah bisnisnya seperti yang disampaikannya pada publik,
“Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.”
Mungkin falsafah itulah yang membuat anak muda miskin yang merantau dari Tiongkok ke Kudus, Liem Sioe Liong atau Lin Shao Liang atau Soedono Salim atau Om Liem menjelma menjadi Raja Dagang Indonesia.
Itulah Biografi Liem Sioe Liong, ada negatifnya namun juga banyak hal positif yang patut ditiru jadi ambil saja baiknya dan buang jeleknya.
Yuk Baca Biografi Yang Tak Kalah Bagus Dibawah Ini :
0 komentar:
Posting Komentar